Daisypath Friendship tickers

Rabu, 07 Maret 2012

TUGAS komunikasi data
By Meutia Yoansyah
Teknik komputer
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
ABSTRAK
Tulisan ini akan membahas apa itu teknologi media transmisi beserta masalah terjadinya frekuensi bandwidth jelaskan apa itu transmisi digital & transmisi analog jelaskan apa saja yang terjadi saat terjadinya gangguan transmisi
Kata kunci :    teknologi media transmisi ,,frekuensi bandwidth, transmisi digital ,transmisi analog dan gangguan transmisi

TEKNOLOGI MEDIA TRANSMISI  Pada saat ini terdapat berabagai macam media transmisi yang berkembang dan digunakan secara universal di jaringan computer. Adapun jenis-jenis media tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 
a. ADSL
ADSL merupakan singkatan dari Asymmetric Digital Subscriber Line.
ADSL digunakan untuk mengakses internet dengan menggunaan
media telepon. Bandwidth yang di dapat dengan menggunakan ADSL 
adalah sekitar 768 Kbps hingga 3,5 Mbps. Tergantung pada jenis teknologinya. Salah
satu contoh layanan yang meggunakan ADSL bernama Speedy Net Telkom.
ADSL sendiri merupakan salah satu dari beberapa jenis DSL, disamping SDSL, GHDSL,
IDSL, VDSL, dan HDSL. DSL merupakan teknologi akses internet menggunakan kabel
tembaga, sering disebut juga sebagai teknologi suntikan atau injection technology
yang membantu kabel telepon biasa dalam menghantarkan data dalam jumlah
besar. DSL sendiri dapat tersedia berkat adanya sebuah perangkat yang disebut
DSLAM (DSL Acces Multiplexter). Untuk mencapai tingkat kecepatan yang tinggi, DSL[1]
menggunakan sinyal frekuensi hingga 1 MHz. Lain halnya untuk ADSL, sinyal
frekuensi yang dipakai hanya berkisar antara 20 KHz sampai 1 MHz. Sementara
untuk penggunaan ADSL di Indonesia dengan program Telkom Speedy, kecepatan
yang ditawarkan berkisar antara 1024 kbps untuk downstream dan 128 kbps untuk
upstream. Kecepatan downstream inilah yang menjadikan ADSL lebih cocok untuk
kalangan rumah tangga. Karena pada kalangan rumah tangga umumnya lebih
banyak kegiatan menerima, dibandingkan kegiatan mengirim. Seperti mendownload
data, gambar, musik, ataupun video.[1]
Perkenalan masyarakat Indonesia sendiri akan ADSL mulai berkembang saat
PT.Telkom, yang merupakan perusahaan pengatur jaringan telepon nasional
memperkenalkan program yang disebut sebagai Telkom Speedy, yaitu jaringan
khusus dari PT.Telkom untuk penggunaan internet. Dengan melakukan pemasaran
dan promosi-promosi yang gencar, Telkom Speedy berhasil dipasarkan di kalangan
rumah tangga.[[1]

Cara Penggunaan ADSL
Adapun cara-cara penggunaan ADSL di Indonesia, pertama-tama terlebih dahulu
harus memiliki perangkat ADSL. Setelah memiliki perangkat ADSL, harus diperiksa
keberadaan nomor telepon rumah di layanan Telkom Speedy, apakah sudah
terdaftar atau belum. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah, seberapa jauh
jarak antara gardu Telkom dengan rumaha. Karena dalam ADSL, jarak sangat
berpengaruh pada kecepatan koneksi internet. Setelah memastikan bahwa nomor
telepon sudah terdaftar dan jarak sudah diperhitungkan, yang harus kita lakukan
selanjutnya adalah pemasangan ADSL pada sambungan telepon.
Untuk menyambungkan antara ADSL dengan line telepon, kita menggunakan
sebuah alat yang disebut sebagai Splitter atau pembagi line. Splitter ini berguna
untuk menghilangkan gangguan ketika kita menggunakan modem ADSL. Sehingga
nantinya kita tetap dapat menggunakan internet dan menjawab telepon secara
bersamaan.[1]

Ciri ADSL
ADSL sendiri memiliki bermacam-macam jenis dengan kecepatan, jenis router, USB
dan perangkat lain yang ada di dalamnya. Misalnya ada yang dapat dipakai untuk
dua komputer dengan menggunakan sambungan USB, tapi ada juga yang dapat
digunakan untuk empat komputer dengan koneksi LAN Ethernet. Namun ada
baiknya dalam memilih modem ADSL, kita memilih menggunakan modem yang
memiliki tombol on dan off. Hal ini dimaksudkan supaya kita dapat mengatur
penggunaan koneksi sebanyak yang kita butuhkan dan menghemat biaya koneksi
yang digunakan. Terlebih di Indonesia masih menggunakan penghitungan waktu
atau banyaknya bandwidth yang digunakan.[[1]
Hal penting lain yang dimiliki oleh modem ADSL adalah adanya lampu indikator yang
berguna mengetahui jalannya proses koneksi yang terjadi. Umumnya lampu yang
ada pada modem ADSL adalah lampu PPP, Power, DSL. Ada juga lampu tambahan
bila kita menggunakan koneksi Ethernet dan USB.[[1]
Dari tiga lampu indikator yang ada pada modem, yang terpenting adalah lampu PPP
dan DSL. Di mana lampu DSL menunjukkan koneksi sudah terhubung dengan baik
pada line. Sementara lampu PPP menunjukkan adanya arus data ketika seseorang
melakukan browsing.[1]
Setelah perangkat lengkap, hal yang penting dalam penggunaan ADSL di Indonesia
adalah penggunaan IP modem dan password. Hal ini digunakan untuk melindungi
penggunaan layanan bagi konsumen yang diberikan oleh provider. IP yang kita miliki
akan menjadi gerbang untuk memasuki jaringan. Jika kita merubah password untuk
login, maka kita perlu memasukkan kembali sesuai perubahan yang dilakukan. Bila
seluruh proses ini berhasil dilalui, maka selanjutnya kita sudah dapat berkoneksi
internet dengan ADSL.[1]



Kelebihan ADSL
a) Pembagian frekuensi menjadi dua, yaitu frekuensi tinggi untuk
menghantarkan data, sementara frekuensi rendah untuk menghantarkan
suara dan fax. [[1]
b) Bagi pengguna di Indonesia yang memakai program Speedy, penggunaan
ADSL membuat kegiatan internet menjadi jauh lebih murah. Sehingga kita
dapat berinternet tanpa khawatir dengan tagihan yang membengkak. [1]

Kekurangan ADSL
Adapun kualitas dari ADSL saat ini masih memiliki kekurangan.
a) Seperti sangat berpengaruhnya jarak pada kecepatan pengiriman data.
Semakin jauh jarak antara modem dengan PC, atau saluran telepon kita
dengan gardu telepon, maka semakin lambat pula kecepatan mengakses
internetnya. [1]
b) Tidak semua software dapat menggunakan modem ADSL. Misalnya Linux atau
program lama seperti Windows 98. Cara yang dipakai pun akan lebih rumit
dan ada kemungkinan memakan waktu lama. Sehingga pengguna Linux harus
menggantinya dengan software yang lebih umum seperti Windows Xp atau
Mac. [1]
c) Adanya load coils yang dipakai untuk memberikan layanan telepon ke daerahdaerah,
sementara load coils sendiri adalah peralatan induksi yang
menggeser frekuensi pembawa ke atas. Sayangnya load coils menggeser
frekuensi suara ke frekuensi yang biasa digunakan DSL. Sehingga
mengakibatkan terjadinya interferensi dan ketidak cocokkan jalur untuk
ADSL. [1]
d) Adanya Bridged tap, yaitu bagian kabel yang tidak berada pada jalur yang
langsung antara pelanggan dan CO. Bridged tap ini dapat menimbulkan noise
yang mengganggu kinerja DSL.[1]
e) Penggunaan fiber optic pada saluran telepon digital yang dipakai saat ini. Di
mana penggunaan fiber optic ini tidak sesuai dengan sistem ADSL yang masih
menggunakan saluran analog yaitu kabel tembaga, sehingga akan sulit dalam
pengiriman sinyal melalui fiber optic.[1]
b. Potokol X-25 dan HDLC
X.25 merupakan sebuah protokol yang didefinisikan oleh CCITT
(International Telegraph and Telephone Consultative Committee) yang
sekarang berganti nama menjadi ITU (International
Telecommunications Union). Dalam standar yang diterbitkan oleh ITU,
masing-masing standar diberikan kode tertentu untuk merepresentasikan sebuah
domain tertentu. Misalnya standar dengan kode “X.” menyatakan standar untuk
domain PSDN (Packet Switched Data Network), kode “V.” menyatakan standar
untuk domain PSTN (Public Switched Telephone Network), dan kode “I.” yang
menyatakan standar untuk domain ISDN (Integrated Services Digital Network).
Walapun ITU merupakan organisasi internasional yang berkutat dengan standar
namun badan resmi dunia untuk standar adalah ISO (International Standard
Organization). Standar yang dikeluarkan oleh ITU hanya bersifat rekomendasi dan
tidak mengikat untuk dilaksanakan.[[1]
Protokol X.25 merupakan protokol yang didefinisikan untuk antarmuka antara DTE
dan jaringan PSDN. Di dalamnya hanya mengatur bagaimana sebuah DTE
berkomunikasi dengan DCE. Protokol X.25 tidak mengatur bagaimana sebuah data
paket X.25 ditransmisikan dari satu titik ke titik lain melalui jaringan data. Fitur yang
cukup penting dalam protokol X.25 adalah bahwa protokol ini merupakan sebuah
reliable service yang berarti bahwa data akan dikirimkan dengan jaminan bahwa
urutan data akan sama dengan ketika dikirimkan.[1]
X.25 berada pada layer 3 yaitu layer network. Pada layer 2 sendiri, digunakan HDLC
(High Level Data Link Control) LAPB (Link Access Procedure Balanced). HDLC LAPB
(biasanya disebut dengan HDLC saja atau LAPB saja) merupakan protokol yang
reliable. Di dalamnya terdapat kemampuan error detection dan error correction
serta menjamin bahwa data yang diterima akan sama urutannya dengan ketikan
dikirimkan. Paket X.25 akan dibungkus dalam frame HDLC, tepatnya menempati
field information. Paket X.25 terdiri dari 3 byte header, dan tergantung dari tipe
paket, header ini akan diikuti oleh field data. [1]
Komunikasi X-25
Sebelum dua titik saling berkomunikasi dengan menggunakan protokol X.25 maka
kedua titik ini harus terlehih dahulu membangun hubungan. Terdapat dua jenis
mode dalam X.25 untuk membangun hubungan yaitu:
a. SVC (Switched Virtual Channel), Dalam mode ini node yang berinisiatif untuk
membangun koneksi harus mengirimkan sinyal call request ke node tujuan. Bila
diterima maka node tujuan akan mengirimkan sinyal call accepted dan
sebaliknya bila ditolak maka node tujuan akan mengirimkan sinyal call rejected.
Analogi dari mode koneksi ini adalah komunikasi melalui telepon, bila
seseorang ingin menghubungi orang lain maka orang tersebut terlebih dahulu
harus men-dial nomor tertentu. Diterima tidaknya panggilan ini tergantung
dari titik tujuan. Virtual channel yang digunakan dalam mode SVC adalah per
call basis. [1]
b. PVC (Permanent Virtual Channel), Dalam mode ini virtual channel yang
digunakan bersifat dedicated dan tidak perlu adanya ritual call setup. Analogi
dari mode ini ini adalah saluran leased line dimana secara end-t-end hubungan
fisik dan logik sudah terbentuk.[1]
Antarmuka X.25 Pada Central TDM
Sentral yang dimiliki oleh PT TELKOM sangat beragam dari sentral dengan kapasitas
kecil hingga sentral dengan kapasitas besar. Tidak semua sentral TDM yang dimiliki
oleh PT TELKOM memiliki antarmuka X.25. Sebagian besar dari sentral-sentral ini
hanya menyediakan antarmuka asinkron (RS-232) untuk keperluan operation &
maintenance (O/M). Kondisi saat ini sebagian besar terminal OMT dari sentralsentral
ini terhubung ke sentral menggunakan kabel serial RS-232.[[1]
Antarmuka serial ini memiliki kecepatan maksimum dalam mentransfer data adalah
sebesar 9600 bps dan cukup cepat bila hanya digunakan oleh satu user saja. User
yang menggunakan OMT biasanya hanya menggunakan terminal ini untuk
memasukan beberapa command dengan respon yang tidak membutuhkan
bandwidth terlalu besar.
Sejalan dengan kondisi bisnis saat ini yang sangat kompetitif, kebutuhan untuk
memberikan layanan yang cepat dan akurat kepada pelanggan sangatlah
mendesak. Implementasi kebutuhan ini secara kongkret di lapangan adalah telah
bermunculannya berbagai aplikasi hasil inovasi dari personal operasional untuk
otomatisasi beberapa proses yang melibatkan perangkat sentral saat ini. Beberapa
contoh aplikasi ini adalah sistem monitoring sentral, pengukuran trafik telepon,
buka tutup pelanggan, dan lain-lain. Semua aplikasi ini menggunakan gerbang yang
sama dalam melakukan akses ke sentral yaitu antarmuka OMT. Perangkat OMT
yang sebelumnya hanya digunakan oleh single user saat ini sudah diganti dengan
perangkat mediation device yang memungkinkan sentral diakses oleh beberapa
user dalam waktu yang bersamaan. Kecepatan antarmuka asinkron yang hanya
9600 bps dirasakan kurang untuk dapat menangani banyak user dalam waktu yang
bersamaan. [1]
Untuk sentral yang tidak memiliki antarmuka X.25 mungkin tidak memiliki pilihan
lain selain menggunakan antarmuka asinkron walaupun kecepatan transfer datanya
terbatas. Namun untuk sentral yang sudah tersedia antarmuka X.25, alangkah
baiknya bila antarmuka ini diberdayakan karena antarmuka X.25 memiliki
kecepatan maksimum sebesar 64 kbps. Kecepatan ini dirasakan cukup memadai
untuk keperluan akses ke perangkat sentral secara bersama-sama dalam satu
waktu. Selain itu saat ini antarmuka X.25 hanya digunakan untuk transfer file
terutama untuk file-file billing, itupun hanya menggunakan sebuah channel dari
beberapa channel yang tersedia dalam X.25. Sebagaimana diketahui bahwa
protokol X.25 memiliki kemampuan untuk mengirimkan data melalui logical
channel dalam sebuah physical channel yang sama. Hal ini memungkinkan
beberapa aplikasi yang membutuhkan akses ke perangkat sentral untuk
melakukannya tanpa harus saling mengganggu karena masing-masing aplikasi
tersebut menggunakan channel komunikasi tersendiri. [1]
Bagaimanapun protokol X.25 memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang
perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam implementasi protokol X.25.
Beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
a) Protokol X.25 memiliki kecepatan yang lebih tinggi dibanding RS-232 (64 kbps
dibanding 9600 bps).
b) Protokol X.25 memiliki kemampuan untuk menyediakan logical channel per
aplikasi.
c) Pendudukan logical channel dapat dilakukan secara permanen dengan mode
PVC (Permanent Virtual Channel) maupun temporary dengan mode SVC
(Switched Virtual Channel) disesuaikan dengan kebutuhan.
d) Data transfer pada X.25 bersifat reliable, data dijamin bahwa urutan
penerimaan akan sama dengan waktu data dikirimkan.
e) Protokol X.25 memiliki kemampuan error detection dan error correction. [1]
Kekurangan:
a) Tidak semua sentral memiliki antarmuka X.25. Sehingga diperlukan
pengadaan modul X.25 dengan syarat bahwa sentral sudah support X.25.
b) Untuk pengembangan aplikasi berbasis protokol X.25 membutuhkan biaya
yang relatif lebih besar dibanding dengan RS-232 terutama untuk pembelian
card adapter X.25.
c) Untuk komunikasi data antara sentral dengan perangkat OMT beberapa
sentral diidentifikasi menggunakan protokol proprietary vendor tertentu yang
berjalan di atas protokol X.25. [[1]
c. Frame Relay Servis (FRS)
FRS merupakan data-only service. Service ini
hanya diperuntukkan bursty data traffic, dan
tidak menyediakan fasilitas untuk timesensitive

real-time traffic seperti video atau
suara. Dua term penting yang perlu diketahui
consumer adalah committed information rate
(CIR), yaitu jaminan data rata-rata yang dikontrak, dan committed burst size (CBS,
juga dinotasikan dengan Bc), jumlah bit maksimum yang dapat ditransfer selama
interval waktu T. Relasi antara besaran-besaran tersebut
     T = BCCIR
Sebagai contoh, CIR 128 kbps dan CBS 512 kilobits, T adalah 512 dibagi 128 yaitu  4
detik. Ini berarti jaringan dijamin untuk transfer data 512 kilobit pada selang waktu
4 detik . Ketika membeli FRS, diperlukan seleksi hati-hati pada harga CIR dan CBS
yang menghasilkan harga T cukup besar untuk meng-cover kondisi burst terburuk.
Bagaimanapun, faktor lain masuk kepada persamaan di atas, memperbolehkan
transfer data melebihi CBS. Faktor tersebut ialah excess burst size (EBS, juga
dinotasikan dengan Be). Jika terjadi congestion pada jaringan, consumer dijamin
mendapatkan performansi sesuai dengan CIR dan CBS yang dipesan. Jika pada
jaringan tidak terjadi congestion, consumer dapat melakukan transfer data hingga
Bc + Be bytes per detik. Pada contoh di atas, dengan CBS 512 kbps dan EBS 256 kb,
diperbolehkan transfer data 768 kb ketika jaringan tidak congested. [[1]
Arsitektur Frame Relay
Inti dari FRS adalah packet yang dikirimkan, disebut juga frame. Masing-masing frame
memiliki header fix dan payload yang besarnya variabel. 
Flag Data link
connection

identifier
(DLCI) (6
bits)
C/R &
EA       
(2 bits)
      Format frame FRS
DLCI
extension
(4 bits)
Penjelasan arsitektur frame dari kiri ke kanan :
Congestion
information
bits
( 3 bits)
FECN BECN DE
EA   
(1 bit)
Payload
(262 -
8000
bytes)
 Flag. Mengindikasikan awal frame. Flag yang mempunyai form yang sama dengan flag ini
yang terletak di akhir frame menunjukkan akhir dari frame. [1]
 DLCI. Data Link Connection Identifier, 10 bit field (dipisah menjadi 6 dan 4 bit)
mengidentifikasikan virtual circuit (VC) pada  frame tersebut.
 C/R. Command/Response flag, digunakan untuk kendali aliran local transport.
 EA. Dua address extension yang terpisah yang digunakan untuk expansi DLCI di dalam
jaringan carrier.
 Congestion Information Bits, sekumpulan flag diset oleh jaringan, ketika terjadi congestion
pada jaringan ketika frame sedang dalam perjalanan. 
Frame
check
seq

Flag
 Payload. Sekumpulan data yang besarnya variabel (besar maksimum ditentukan oleh
penyedia jaringan). [1]
 Frame Check Sequence. Bit reduncant untuk mencek validasi frame, ketika sedang dalam
perjalanan.
 Flag. Flag yang menandakan akhir dari frame. Tidak seperti paket LAN, frame ini tidak
mengandung alamat sumber atau tujuan. Ini karena sumber dan tujuan dispesifikasikan
untuk koneksi saat waktu instalasi (untuk PVC) atau selama call setup (untuk SVC). Dalam
kedua kasus, hasilnya adalah DLCI yang mengidentifikasikan VC yang diasosiasikan dengan
koneksi. [1]

Kontrol Cengestion
Untuk memenuhi kebutuhan kecepatan data customer, digunakan field informasi congestion.
Field informasi congestion dicatat selagi terjadi masalah congestion saat frame dalam
perjalanan.
Field informasi congestion mengandung discard eligibility (DE) flad, yang diset pada frame
yang akan dikorbankan ketika terjadi overload. Flag DE untuk paket diset ketika kecepatan
data di dalam jaringan melebihi harga CIR subscriber. Frame tersebut merupakan bagian dari
burst kecepatan tinggi, dan memiliki prioritas rendah dibandingkan frame-frame lainnya.
Peralatan end user juga mengeset DE flag jika mengetahui bahwa frame tersebut bukan frame
yang esensial (antara lain pesan pada manajemen jaringan).
Jaringan menjaga track dari masalah congestion dengan mengeset satu dari dua explicit
congestion bits :forward explicit congestion notification (FECN) dan backward explicit
congestion notification (BECN). Bit-bit ini memberitahukan kepada penerima dan pengirim
pada ujung-ujung koneksi, masing-masing, untuk mempersempit kecepatan trafik frame.
Karena explicit notification hanya berupa pemberitahuan (advisory), ini bisa diabaikan.
Interkoneksi LAN menggunakan Frame Relay Service
FRS memiliki banyak kegunaan untuk teknologi interkoneksi LAN. Pertama keuntungan
tradisional dari packet switching pada FRS, koneksi fisik jaringan tunggal memotong
pembiayaan hardware dan jalur, bandwidth on-demand mensupport pola traffic yang bursty,
dan proses charges hanya terjadi saat proses transfer data.
Kedua, Frame informasi yang besarnya variabel dapat mengakomodasi berbagai jenis
embedded paket LAN, seperti tampak pada gambar di bawah. Ini merupakan keuntungan dari
FRS yang bisa digunakan sebagai bridges atau router[1].
Keuntungan lainnya, ialah FRS tidak sensitif terhadap jarak, sehingga cocok untuk koneksi
metropolitan. Sepanjang semua node termasuk ke dalam satu cloud, tidak ada inter-exchange
carriers dimasukkan ke dalam biaya jalur dan biayanya murni tergantung  pada bandwidth. 
Pertimbangan primer pemesanan FRS adalah payload maksimum dan harga CIR/CBS. Harus
diyakinkan bahwa maksimum payload yang disupport dapat mengakomodasi paket terbesar
pada jaringan LAN yang ingin dikoneksikan.[1] 
CIR harus dipilih dengan harga yang sudah ditoleransi dengan suatu margin tertentu, setelah
dilakukan pengukuran kecepatan traffic koneksi. Jadi, jika rata-rata aliran traffic 220 kbps, CIR
bisa dipiih 256 kbps yang akan mencegah penolakan karena congestion traffic yang biasanya
melebihi harga rata-rata ini. [1]
CBS bisa dipilih untuk harga konservatif, jika dilakukan pengukuran yang menghasilkan burst
maksimum 900 kilobits pada dua hingga tiga detik interval, harga CBS bisa dipilih 1000 kilobits
yang akan meyakinkan bahwa perubahan traffic tidak menimbulkan congestion pada traffic. 
Servis transport lokal - channel yang menghubungkan interface jaringan dengan FRS switch -
harus dipilih yang bisa memenuhi perpindahan carrier lokal (local exchange carrier). Link
digital harus cukup kapasitasnya untuk menangani maksimum traffic. [1]

Transmisi  data analog merupakan suatu upaya untuk mentransmisikan sinyal-sinyal analog tanpa memperhatikan isinya. Sinyal dapat menampilkan data analog (misalnya suara) atau data digital (misalnya data biner yang melintasi sebuah modem).[2]
Transmisi datan digital merupakan upaya pentransmisian yang berhubungan dengan muatan dari sinyal, dapat ditransmisikan pada jarak tertentu sebelum atenuasi, derau, dan gangguan yang lain membahayakan intergritas data. Agar dapat mencapai jarak yang cukup besar, dipergunakan repeater. Sebuah repeater menerima digital sinyal, memperoleh kembali pola 1 dan 0, dan kembali mentrasmisikan sinyal yang baru kemudian barulah atuensi diatasi.[2]
Frekuensi merupakan Kata “frekuensi” yang dalam bahasa Inggrisnya adalah frequency berarti: “kekerapan”, “keseimbangan”, “keseringan”, atau “jarang-kerap”. Dalam statistik, “frekuensi” mengandung pengertian : Angka (bilangan) yang menunjukkan seberapa kali suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka-angka itu) berulang dalam deretan angka tersebut; atau berapa kalikah suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka itu) muncul dalam deretan angka tersebut.[[3]
Contoh :
Nilai yang berhasil dicapai oleh 10 orang siswa SMA dalam Tes Hasil Belajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam adalah:
60 50 75 60 80 40 60 70 100 75
Jika kita amati, maka dalam deretan nilai hasil tes tersebut,nilai 60 muncul sebanyak 3 kali; atau bahwa siswa yang memperoleh nilai 60 itu sebanyak 3 orang. Maka disini dapat kita katakan bahwa nilai 60 itu berfrekuensi 3.
Nilai 70 hanya muncul sebanyak 1 kali saja; ini berarti bahwa nilai 70 itu berfrekuensi 1.
Nilai 75 dicapai oleh 2 orang siswa, atau nilai 75 ada sebanyak 2 buah, disini kita katakan bahwa nilai 75 berfrekuensi 2. demikianlah seterusnya.[[3]
Terakhir gangguan terhadap transmisi ,, macam-macam gangguan saluran transmisi
-          Random
Tidak dapat di ramalkan terjadinya, misalnya :thermal noise, impulse noice, cross talk, echo,  perubahan pasa, intermodulasi noice, phase jitter,, dll [4]
-          Tak random terjadinya dapat diramalkan / di perhitungkan misalnya redaman  dan tundaan [4]










 DAFTAR PUSTAKA
 
[1].             http://www.isaninside.files.wordpress.com200901teknolgi-media-transmisi-paperihsanz2008.pdf
[3].             http://id.shvoong.com/exact-sciences/statistics/2027990-pengertian
                  frekuensi/#ixzz1oLAu1v3s
[4].             http://missa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6924/komdat2.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar